PANGKALPINANG LBC — Pada sesi wawancara dengan redaksi, Saparudin, atau akrab disapa Prof Udin tampak bersemangat saat sebuah pertanyaan membahas masa lalu. Ia mengenang masa kecil yang indah di kota ini, Pangkalpinang.
Prof Udin, lahir 56 tahun lalu, tepatnya 12 April 1969, di Pangkalpinang, merupakan anak yang tumbuh dengan lingkungan nan sederhana, yakni di Kacang Pedang, daerah penuh kenangan yang hingga sekarang ia tempati bersama keluarga.
Prof Udin kecil yang lahir di Kampung Melintang, bercerita panjang bahwa ia memiliki ikatan emosional yang kuat dengan tanah kelahirannya, Pangkalpinang. Masa kecilnya diwarnai kesederhanaan dan kebersamaan bersama teman sebaya.
“Tidak ada gawai, tapi tawa kami panjang. Masa itu persahabatan begitu tulus,” ujarnya dengan senyum.
Selain kesederhanaan yang dilaluinya, Prof Udin mengingat betul kedua orang tuanya menanamkan arti solidaritas, sebuah ajaran penting yang hingga saat ini selalu ia pegang, bahkan diajarkan kembali kepada buah hati. Hal pula diakui Prof Udin membentuk dirinya sekarang.
“Kalau sore, kami ramai-ramai berenang di Sungai Rangkui. Dari situ saya belajar kebersamaan dan keberanian,” kenangnya.
Beranjak dewasa, prof Udin mulai memikirkan, bagaimana ia harus membayar semua kenangan itu menjadi sebuah pengabdian untuk Pangkalpinang. Jalan pun ia pilih, membangun Pangkalpinang menjadi lebih maju, dan modern dengan teknologi dan digitalisasi.
“Teknologi bisa menjadi kunci dalam meningkatkan pelayanan publik dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Pangkalpinang harus beradaptasi dengan kemajuan ini! Kalau tidak, ya kita tinggal di landasan,” ucapnya.