PANGKALPINANG LBC – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI Tito Karnavian mengungkapkan pentingnya komunikasi publik yang menenangkan perihal ketersediaan bahan pangan, sampai akhir tahun ini. Dari beberapa data yang dipaparkan hari ini, ketersediaan pangan diprediksi cukup. Memang ada beberapa daerah terkendala distribusi seperti cuaca, kondisi ombak, dan masalah luar negeri, namun ini merupakan salah satu dari dinamika yang harus dicari solusi bersama.
Hal ini diungkapkan Menteri Tito saat memimpin Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi di daerah secara virtual melalui aplikasi Zoom Meeting, pada Senin (28/8/2023), dari Gedung Sasana Bhakti Praja Kementerian Dalam Negeri.
“Pemda terus monitor ke pasar-pasar, ke distributor, cukup atau tidak. Ada dua hal yang diperiksa barangnya atau turun harga, kalau cukup diperiksa lagi distribusinya apakah ada yang maju atau tidak. Kemudian, setelah itu harganya, karena ketersediaan barang yang cukup nanti harganya akan turun, ini mekanisme pasar. Kedua adalah, cepat melakukan intervensi ketika terjadi kekurangan pangan kekurangan suplai, atau kenaikan harga komoditas tertentu. Cek betul ibarat penyakit, dokter diagnosa apa masalahnya,” ujarnya.
Menteri Tito mengingatkan agar para penjabat kepala daerah lebih serius menangani inflasi, karena ini merupakan salah satu indikator penilaian kinerja para penjabat kepala daerah.
“Jangan sampai tiga kali berturut-turut inflasinya tidak terkendali di atas nasional,” katanya.
Menteri Tito juga menekankan untuk memperkuat cadangan air dengan melakukan gerakan nasional menghadapi El Nino dalam rangka untuk kesediaan air di daerah masing-masing air kolam, misalnya sistem irigasi. Ia mengajak pemda membuat terobosan kreatif sesuai kondisi daerahnya.
Kemudian, juga perlunya terus melakukan gerakan tanam terutama yang sekarang sedang naik seperti cabai rawit, dan cabai merah yang menjadi komoditas pemberi andil utama terhadap penurunan Indeks Perkembangan Harga (IPH).
Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, ada tiga komoditas penyumbang kenaikan IPH sampai dengan minggu keempat Agustus, di antaranya cabai rawit, cabai merah, dan beras. Namun, ada komoditas yang mengalami penurunan dan tidak lagi menjadi pemberi andil utama kenaikan IPH, seperti daging ayam ras dan telur ayam ras. Beras mengalami peningkatan harga di beberapa kabupaten/kota, dan menjadi komoditas pemberi andil utama kenaikan IPH di minggu keempat Agustus ini.
“Penyebabnya tentunya pasokan beras yang mulai berkurang seiring penurunan aktivitas panen, dan nanti mungkin saya juga akan sampaikan memang ada kecenderungan di bulan-bulan di akhir tahun itu, pada umumnya harga beras lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan di tahun tersebut. Adapun secara berurutan harga beras dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah tertinggi di Papua, Maluku, kemudian Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Jawa karena Jawa memang lumbung padi nasional,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Divisi Perencanaan Bulog Epi Sulandari, dalam paparannya mengungkapkan keterlibatan Bulog dalam gerakan pangan murah GPM 2023 yang di-launching pada 26 Juni 2023 menjadi gerakan kolaboratif semua stakeholder pangan terkait dalam upaya bersama mengendalikan inflasi pangan.
Bulog terlibat di seluruh titik GPM, dan kerja sama dengan pemerintah daerah untuk menyediakan berbagai komoditas pangan di 34 provinsi, 256 kabupaten/kota termasuk 90 kabupaten/kota barometer inflasi. Sedangkan di beberapa daerah, Bulog bekerja sama juga sampai tingkat desa/kelurahan.
Dikatakannya, Bulog juga siap menjaga pasar dengan Stabilitasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), di antaranya menambah pasokan beras ke pasar melalui SPHP dengan harga jual maksimal HET CBP di pengecer pasar tradisional dan sekitarnya serta ritel modern. Mulai 28 Agustus 2023 digelar SIGAP SPHP serentak dengan menyalurkan SPHP beras ke pengecer di pasar-pasar tradisional. Realisasi SPHP sejumlah 722.877 ton (60,24% dari rencana SPHP tahun 2023 sebanyak 1,2 juta ton).
Deputi bidang Keanekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Andriko Noto Susanto, mengimbau agar masyarakat belanja bijak agar mengurangi food loss and waste, stabilitasi harga pangan, menumbuhkan toleransi kepada yang lebih membutuhkan.
Beberapa langkah dianjurkannya seperti membuat daftar belanja dari rumah, memesan barang kebutuhan dahulu kepada pedagang untuk mencegah over buying, serta berbelanja sesuai kebutuhan, dengan tidak memborong apalagi menimbun.
“Berdasarkan hitung-hitungan kami, kalau dilihat dari pasokannya, prognosa semua komoditas pangan sampai akhir tahun diproyeksikan aman. Namun, ada beberapa komoditas yang perlu perhatian, yaitu beras, jagung dan bawang putih terkait dengan harganya yang stabil tinggi,” katanya.